PONTIANAK - Kiprah pembalap motor sport 150cc Astra Motor Racing Team (ART) Kalimantan, memang masih banyak yang harus dibenahi. Terutama untuk bisa mendominasi juara, karena di level nasional, persaingan sangat ketat.
Namun, sayangnya mulai balap 2019, event Kejurnas motor sport ditiadakan. ART Kalimantan sendiri sangat berharap pada 2021 ini, event Kejurnas motor sport bisa kembali digelar, supaya bisa menuntaskan tugas di kelas sport 150cc.
“Sejauh ini memang hanya Yossie Legisadewo, pembalap senior ART yang terus menjadi tumpuan di Kejurnas Motor Sport. Yossie, telah menunjukkan kemampuan terbaiknya,” kata Manajer ART Kalimantan, Iwan Hari Susilo.
Sedangkan pada musim 2019, sebelum terjadinya pandemic virus corona (Covid-19), ART Kalimantan, sangat berjaya dengan menyapu semua gelar juara di kelas Kejurnas Motorprix.
Hal ini karena ART diperkuat dengan formasi yang sangat solid. Mereka pun berhasil mewujudkan target prestasi juara nasional. Dengan kekuatan total 6 rider, juara nasional region IV Kalimantan dapat digenggam. Bahkan, meraih jawara Grand Final Motoprix 2019. Yang pasti, ada penambahan satu seeded lagi.
Hadirnya Hendra “eenk” Rusadi yang tahun 2018 ditempa di Motoprix Jawa. Hendra “eenk” memperkuat kekuatan yang sudah ada sebelumnya, Yosie Legisadewo dan Ruddy Salim. “Ini sejarah pertama kita dengan 3 seeded,“ paparnya.
Iwan Susilo memang pemain senior dalam konteks dunia balap nasional. Sebelumnya Pak Iwan, sapaan akrab pria ramah ini adalah manajer tim ART Pontianak alias ART Kalbar. Juga menjadi komandan tim ketika definisi dan cakupan ART kemudian diperluas dalam 2-3 tahun berjalan menjadi ART Kalimantan (representasi ART Kalbar dan ART Kaltim).
Bagaimana dengan skuad pemulanya ? Barisan pemula juga diback-up 3 petarung. Ibarat timbangan, ada keseimbangan dengan seeded. Mulai Adieta Herianoor dan Achmad Fahrie di kelas MP3 (150 cc) dan MP5nya adalag Azi Firdaus.
Nama Achmad Fahrie yang pernah menimba ilmu balap di sekolah balapnya Wawan Hermawan “WH19 Racing School” memang sebelumnya bertarung dalam Grand Final Motoprix 2018 Surabaya.
Sampai disini, ART Kalimantan terbukti lebih “menakutkan” di 2019. Boleh disebut The Dream Teamnya Kalimantan. Ini mengacu pada variabel kuantitas dan kualitas racer.
Untuk mekaniknya tetap dan setia dengan kombinasi Mlethiz MBKW2 dan Kupret. Ini dua kekuatan yang dipastikan menjadi ancaman tersendiri. Maklum saja, dalam topik perfoma pacuan Honda, maka mereka berdualah aktor pentingnya di dunia balap nasional. (*)
“Sejauh ini memang hanya Yossie Legisadewo, pembalap senior ART yang terus menjadi tumpuan di Kejurnas Motor Sport. Yossie, telah menunjukkan kemampuan terbaiknya,” kata Manajer ART Kalimantan, Iwan Hari Susilo.
Sedangkan pada musim 2019, sebelum terjadinya pandemic virus corona (Covid-19), ART Kalimantan, sangat berjaya dengan menyapu semua gelar juara di kelas Kejurnas Motorprix.
Hal ini karena ART diperkuat dengan formasi yang sangat solid. Mereka pun berhasil mewujudkan target prestasi juara nasional. Dengan kekuatan total 6 rider, juara nasional region IV Kalimantan dapat digenggam. Bahkan, meraih jawara Grand Final Motoprix 2019. Yang pasti, ada penambahan satu seeded lagi.
Hadirnya Hendra “eenk” Rusadi yang tahun 2018 ditempa di Motoprix Jawa. Hendra “eenk” memperkuat kekuatan yang sudah ada sebelumnya, Yosie Legisadewo dan Ruddy Salim. “Ini sejarah pertama kita dengan 3 seeded,“ paparnya.
Iwan Susilo memang pemain senior dalam konteks dunia balap nasional. Sebelumnya Pak Iwan, sapaan akrab pria ramah ini adalah manajer tim ART Pontianak alias ART Kalbar. Juga menjadi komandan tim ketika definisi dan cakupan ART kemudian diperluas dalam 2-3 tahun berjalan menjadi ART Kalimantan (representasi ART Kalbar dan ART Kaltim).
Bagaimana dengan skuad pemulanya ? Barisan pemula juga diback-up 3 petarung. Ibarat timbangan, ada keseimbangan dengan seeded. Mulai Adieta Herianoor dan Achmad Fahrie di kelas MP3 (150 cc) dan MP5nya adalag Azi Firdaus.
Nama Achmad Fahrie yang pernah menimba ilmu balap di sekolah balapnya Wawan Hermawan “WH19 Racing School” memang sebelumnya bertarung dalam Grand Final Motoprix 2018 Surabaya.
Sampai disini, ART Kalimantan terbukti lebih “menakutkan” di 2019. Boleh disebut The Dream Teamnya Kalimantan. Ini mengacu pada variabel kuantitas dan kualitas racer.
Untuk mekaniknya tetap dan setia dengan kombinasi Mlethiz MBKW2 dan Kupret. Ini dua kekuatan yang dipastikan menjadi ancaman tersendiri. Maklum saja, dalam topik perfoma pacuan Honda, maka mereka berdualah aktor pentingnya di dunia balap nasional. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar