Dua kegiatan ini berlangsung di Qubu Resort, Kabupaten Kubu Raya, pada Kamis, 19 Desember 2024.Pada gelaran wisuda kali ini, salah satu Kampus Islam terbesar di Kalimantan Barat (Kalbar) ini, berhasil meluluskan 74 mahasiswanya, yaitu dengan rincian laki-laki sebanyak 53 orang dan perempuan 21 orang.
Berhasil menjadi wisudawan terbaik adalah Abdurrahman, yang meriah Indek Prestasi Kumulatif (IPK) 3,95, dengan masa tempuh kuliah adalah 3 Tahun 5 Bulan atau hanya 7 semester saja.
Sedangkan Wisudawan Berprestasi non-akademik adalah Sirojuddin, yang meriah gelar Juara 1 Cabang Hifdzil Qur'an 20 Juz Putra pada Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) XXXII Tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2024, yang berlangsung di Kota Ngabang, Kabupaten Landak.
Kegiatan tahunan ini akan dihadiri oleh para undangan yaitu, Dr. Asikin Noor, selaku Sekretaris Kopertais XI Wilayah Kalimantan. Lalu PJ Gubernur Kalbar, PJ Walikota Pontianak, dan PJ Bupati Kubu Raya, dan Kakanwil Kemenag Kalbar.
Selain itu, ada pula Pimpinan Lembaga Keagamaan, di antaranya Ketua Forum Komunuikasi Umat Beragama (FKUB) Kalbar, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kalbar, Dewan Masjid Kalbar, dan pengasuh Pondok Pesantren se- Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya.
Sementara yang akan akan memberikan sambutan adalah Ketua STIS Syarif Abdurrahman, Dr. Etika Rahmawati, S.H M.Kn, Ketua Yayasan Almadani Syarif Abdurrahman, Drs. H. Husein Hamzah, dan Sekretaris Kopertais Wilayah XI Kalimantan, Dr. Asikin Noor.
Pada gelaran wisuda tahun ini, seluruh wisudawan, civitas akademika STIS SA Pontianak dan undangan yang hadir, akan mendengarkan secara langsung Orasi Ilmiah yang akan disampaikan oleh Ketua Senat STIS Syarif Abdurrahman, Dr. Ferry Suryono, S.H, MKn, dengan makalah yang berjudul “Restorative Justice dalam Perspektif Hukum Syariah di Indonesia”.
Secara umum, Orasi Ilmiah dari Dr. Ferry Suryono, S.H, MKn, menyatakan bahwa restorative justice bukanlah konsep baru dalam Islam. Hukum syariah, yang berakar pada nilai-nilai keadilan, perdamaian, dan pemulihan, telah memberikan jalan terang bagi penyelesaian konflik secara adil dan manusiawi.
Di mana, sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan budaya, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadikan hukum syariah sebagai dasar penguatan restorative justice dalam sistem hukum nasional. Yang kemudian, menjadi nilai-nilai luhur ini sebagai panduan untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis, berkeadilan, dan bermartabat. (*/Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar