Malam grand final yang menjadi puncak kejuaraan, ditutup langsung oleh Ketua Umum Pengprov Muaythai Indonesia Kalbar, Marten Luter, yang juga menjabat sebagai Anggota DPRD Provinsi Kalbar, dari Partai Golkar Dapil Sanggau-Sekadau..
Penutupan turut dihadiri sejumlah pejabat Forkopimda Kalbar. Dalam sambutannya, Marten menyampaikan bahwa kejuaraan ini terselenggara berkat kerja sama antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalbar dan Pengprov Muaythai Indonesia Kalbar.
“Dalam satu tahun kepengurusan ini, kami telah menggelar empat event dan berpartisipasi dalam lima kejuaraan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ke depannya, kami berencana mengadakan event internasional di perbatasan Entikong agar lebih banyak peserta dari luar negeri yang bisa berpartisipasi,” ujar Marten.
Pada malam grand final, diselenggarakan lima partai semi pro, termasuk dua partai internasional dan satu laga profesional.
Pada laga profesional, fighter Indonesia dari Camp Squad Karawang, Jawa Barat, Rafles Gusti Ramis, berhasil mengalahkan fighter Malaysia, M. Syamier Bin Farizan, melalui kemenangan angka. Partai ini menjadi momen spesial karena untuk pertama kalinya di Kalbar, diperebutkan sabuk WBMC.
Marten menyatakan, kejuaraan tidak hanya menjadi ajang pembuktian bagi para atlet, tetapi juga menjadi langkah penting dalam mengembangkan olahraga Muaythai di Kalbar menuju level internasional.
“Muaythai Kalbar sendiri, pada masa kepengurusan setahun ini sudah menggelar 4 kali event dan mengikuti 5 event kejuaraan, baik nasional dan internasional. Tentunya ini menjadi prestasi terbaik,” paparnya.
Ia juga menjelaskan, bahwa ke depannya, akan diselenggarakan event international di Border Entikong agar peserta yang mengikuti dari luar negeri bisa lebih banyak.
WBMC, sebagai event ke-4 di Tahun 2024, ini berlangsung spektakuler dan lebih baik dari sebelumnya. Di mana sambutan dan pelayanan yang baik dari pengurus Muaythai Kalbar, diapresiasi oleh berbagai pihak.
“Semuanya berjalan baik dan spektakuler, yang membuat kami sangat puas. Kami berangkat dari Kuching Sarawak dengan membawa 35 orang atlet dan official dengan persiapan matang untuk event ini dan kami juga mendapat lawan yang bagus. Kalau event ini tak bagus, kami tak akan kesini dan sudah 4 kali kami selalu pergi setiap dijemput. Walau kami jalan sangat jauh, kami tetap steady and happy,” ungkap Goday, Pelatih Utama Muaythai Kenyalang Negeri Sarawak, Malaysia.
Sedangkan Tuan Bob, Manajer Team Panthera Muaythai dari Johor Malaysia mengakui, pihaknya sampai harus flight 3 kali untuk sampai ke Kalbar, karena sangat ingin tampil di event yang sangat bagus dan pihaknya sudah 3 kali ikut ke Kalbar.
Hal senada disampaikan oleh Pengurus Muaythai Mempawah, Wak Yus, yang ikut dan secara aktif membawa Tim Mempawah dalam kejuaraan ini ejak digelar memasuki tahun ke-4.
“Kita tahu bahwa membuat event itu tidak mudah, bahkan dari semua Cabor Beladiri, baru Muaythai yang paling aktif menggelar kejuaraan serta mengirim atlet ke Kejuaraan Internasional,” tuturnya. Wak Yus juga mengatakan bahwa sejak kepemimpinan Marten Luther, Muaythai Kalbar maju pesat.
Orang tua atlet yang tidak ingin disebutkan namanya menyampaikan bahwa mengenai medali yang dibagikan, sebagian tidak di atas ring, karena mereka tidak bisa menunggu pada pembagian di waktu malam. Hal ini dikarenakan anak-anak ada yang akan ujian sekolah dan tidak bisa menunggu lama.
“Jadi, saya dengan kesadaran menerima medali tersebut tidak komplain sama sekali, apalagi kualitas medalinya sangat bagus,” kata orang tua atlet.
Jaenudin, sebagai pelatih Squad Karawang, Jawa Barat (Jabar), juga mengakui puas dan senang dengan adanya event profesional yang pertama kali di Kalbar.
“Ke depan, jika ada kejuaraan selanjutnya, kami pasti akan ikut lagim” ujarnya.
Ketua Harian Muaythai Indonesia Kalbar, Yohanes Iwan juga menyampaikan bahwa medali ada yang dibagikan di atas ring saat final dan ada selebrasinya, yang diserahkan langsung oleh Forkopimda Provinsi, namun ada juga yang diserahkan di bawah ring, karena ada oang rua atlet yang tidak bisa menunggu pembagian medali di akhir acara.
“Jadi kebijakan itu situasional dan sudah diterima oleh orang tua atlet. Jika ada komplain pastinya dari awal saat menerima medali sudah dikomplain,” katanya.
“Tapi dengan kesadaran, bahkan yang meminta dari peserta sendiri, sehingga kalau ada yang menyampaikan bahwa panitia tidak menghargai atlet itu salah besar,” lanjut Iwan.
“Silahkan kritik, saran disampaikan dan kami menerima untuk perbaikan ke depan lebih baik lagi, tapi bisa disalurkan langsung ke panitia, bukan menulis di Medsos tanpa konfirmasi lebih lanjut ke panitia. Itu namanya hoax,” pungkas Yohanes Iwan. (*/Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar