PONTIANAK, KP - Angka penduduk miskin Kalimantan Barat pada September 2024 tercatat sebanyak 333,99 ribu jiwa, turun 2,1 ribu jiwa dibandingkan Maret 2024, dengan persentase sebesar 6,25 persen menurun 0,07 persen poin. Sementara Garis Kemiskinan (GK) di daerah ini tercatat sebesar Rp 611,320 mengalami perubahan sebesar 2,66 persen dibandingkan bulan Maret 2024.
Dalam rilisnya, Badan Pusat Statistik Kalbar (BPS), Rabu 15 Januari 2025 mengungkapkan, persentase penduduk miskin di perkotaan sebesar 4,62 persen, naik jika dibandingkan pada Maret 2024 sebesar 4,25 persen. Sedangkan persentase penduduk miskin di perdesaan sebanyak 7,26 persen, menurun sebesar 7,58 persen.
“Dibandingkan pada Maret 2024, jumlah penduduk miskin pada September 2024 di perkotaan mengalami peningkatan sebanyak 8,88 ribu orang dari 85,94 ribu orang pada Maret 2024 menjadi 94,82 ribu orang pada September 2024,” jelas Muh Saichudin, Kepala BPS Kalbar yang pada kesempatan tersebut, didampingi Staf Ahli Bidang Pembangunan dan Ekonomi Pemprov Kalbar, Christianus Lumano.
Tercatat pula, pada periode yang sama, jumlah penduduk miskin perdesaan menurun sebanyak 10,97 ribu orang dari 250,14 ribu orang pada Maret 2024 menjadi 239,17 ribu orang pada September 2024.
Sementara Garis Kemiskinan pada September 2024 tercatat sebesar Rp 611.320 per kapita per bulan dengan komposisi GK makanan sebesar Rp 460.485 atau sebesar 75,33 persen dan GK bukan makanan sebesar Rp 150.835 atau sebesar 24,67 persen.
“Rerata rumah tangga miskin di Kalimantan Barat memiliki 5,54 orang anggota rumahtangga. Dengan begitu, besarnya GK per rumah tangga secara rerata adalah sebesar Rp 3.386.713 per rumah tangga miskin per bulan,” jelas Saichudin.
Jika dibanding perkembangan tingkat kemiskinan pada Maret 2019 – September 2024, menurut BPS, kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode tersebut, terjadi setelah adanya kenaikan harga barang kebutuhan pokok, sebagai akibat dari kenaikan harga banak bakar minyak pada 2022.
Sementara, kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode September 2020 terjadi ketika ada pembatasan mobilitas penduduk saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
Sedangkan jumlah penduduk miskin pada periode Maret 2023 – September 2024, menurut BPS, jumlah penduduk miskin turun 2,09 ribu orang dibandingkan pada Maret 2024 dan jika dibandingkan pada Maret 2023, jumlah penduduk miskin juga menurun sebanyak 19,36 ribu orang.
“Persentase penduduk miskin pada September 2024 tercatat sebesar 6,25 persen, turun 0,07 persen poin terhadap Maret 2024 dan menurun 0,46 persen poin terhadap Maret 2023,” jelas Saichudin.
Jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal pada periode Maret 2024 – September 2024, maka jumlah penduduk miskin di perkotaan naik 8,88 ribu orang sedangkan di perdesaan turun 10,97 ribu orang. Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 4,25 persen menjadi 4,62 persen. Sementara di perdesaan turun dari 7,58 persen menjadi 7,26 persen.
“Komoditas makanan memberikan sumbangan terbesar pada GK, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Umumnya hampir sama. Beras masih memberi sumbangan terbesar, yakni sebesar 20,28 persen di perkotaan dan 25,48 persen di perdesaan,” kata Saichudin.
Penyumbang kemiskinan terbesar ke dua adalah rokok kretek filter dengan andil sebesar 14,63 persen di perkotaan dan 10,43 persen di perdesaan. Komoditas lainnya adalah daging ayam ras sebesar 3,55 persen di perkotaan dan 5,61 persen di perdesaan. Telur ayam ras 5,04 persen di perkotaan dan 4,18 persen di perdesaan.(*/Red)